KONDISI sakit keras ternyata tak membuat almarhum Bupati Kampar H Aziz Zaenal, meninggalkan tugas-tugasnya selaku kepala daerah. Justru dirinya terus memikirkan jangan ada yang terkendala pembangunan dan bantuan untuk masyarakat, hanya gara-gara dirinya sakit. Karena itu meski kondisi sakit keras selang dan infus terpasang, ia bersikeras tetap menandatangani surat-surat kedinasan.
Berikut cerita orang-orang terdekat Azis Zaenal di penghujung hayatnya: ajudan, Kabul Santosa dan putra almarhum, Yuyun.
Ajudan Bupati Kampar Kabul Santosa mengisahkan bagaimana sosok almarhum Aziz Zaenal, yang dalam keadaan sekarat masih tetap memikirkan kemajuan Kabupaten Kampar dan terutama sekali masyarakat Kampar.
“Semenjak mulai menjadi Ajudan Bapak H.Aziz Zaenal, pada Mei 2018, saya selalu mengikuti kemana saja bapak pergi. Saat itu kondisi fisik bapak sudah menurun,” ungkap Kabul saat berbincang dengan koranmx.com, Jumat (28/12/2018).
“H. Aziz Zaenal ini, bukanlah orang yang cengeng, meski dirinya sakit, ia tidak akan berkeluh kesah sama keluarganya. Jadi saat kondisi fisik dirinya tidak sanggup barulah dirinya istirahat. Namun tetap dirinya rutin menelpon kepala OPD untuk mempertanyakan capaian kerja yang mereka lakukan.
Hal-hal yang membuat dirinya semangat bertugas meskit sakit, hanyalah karena tanggungjawab di pundaknya. Karena janji ingin melihat Kabupaten Kampar maju dan tidak tertinggal.
Bapak sering cerita kepada saya, ‘Kabul, menjadi pemimpin itu bukan ringan, karena tanggungjawabnya itu kepada Allah dan masyarakat’
Dimarahi Istri
Kalau dinasehati istri dan anak-anak beliau, bapak sudah sering sekali. Bahkan Ibu Nur’aini (Istri Bupati Kampar – red) sudah pernah marah juga sama Bapak. Istri mana yang tak marah, karena dia tahu kondisi bapak yang sakit. Tapi bapak selalu bilang dirinya sehat.
Tapi, memang bapak orangnya memang pekerja keras dari dulunya. Jadi, tidak mempan kalau untuk dinasehati. Karena menurutnya kerja itu adalah tanggungjawab dan tidak boleh dilalaikan.
Selama mendampingi Bapak H. Aziz Zaenal, beliau selalu pulangnya malam dan istirahatnya juga kurang. Sebab sebelum pekerjaan tuntas dirinya belum puas. Kalau berangkat kerja pagi sudah di kantor. Begitulah kuatnya dirinya meski dalam keadaan sakit.
Sejak November Sakit Bapak Sudah Berat
Dari bulan Oktober sampai November 2018 itu, bapak sudah sakit keras dan kondisi fisiknya makin menurun drastis. Bahkan sudah berulang kali masuk rumah sakit di Jakarta.
Mungkin dokter dan keluarga yang sabar sekali mengikuti kemauan bapak. Karena sudah disarankan untuk istirahat, tapi bapak tetap ingin melihat Kabupaten Kampar dan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Suatu kali bapak Aziz, meminta saya untuk menemaninya meninjau proyek pembangunan Jalan Poros Sungai Jernih bisa terlaksana di Tahun 2019 dan bantuan untuk pertanian dan perikanan kepada masyarakat disalurkan.
“Jika Allah ingin mengambil nyawa saya, saya ingin melihat pekerjaan nantinya terlaksana dan untuk itu saya juga ingin menginjakan kaki ke Kampung halaman saya, jika mungkin terakhir kalinya,” ucap Azis suatu ketika.
Tanggal 2 November 2018 itu kondisi bapak sakit dan memaksakan diri keluar dari perawatan rumah sakit. Tujuannya hanya untuk melihat semua program bisa berjalan di tahun 2019. Saya yang mendampingi hanya turut perintah beliau, meski rasa sedih berkecamuk. Tapi melihat tekadnya yang kuat, saya kuatkan diri mendampingi beliau.
Setelah melakukan peninjauan itu, kondisi fisik bapak kembali menurun dan kembali dirawat di rumah sakit. Jadi kalau untuk semangat saya sangat salut dan takjub sama beliau. Meski sakit keras tetap menjalankan tugas.
Apalagi dalam 2 agenda Sidang Paripurna di DPRD Kampar, mengenai MoU KUA PPAS dan Paripurna Pengesahan APBD Kampar 2019 tanggal 19 November 2018, kondisi bapak lagi sakit.
Tapi dirinya tetap datang dari Jakarta ke Kabupaten Kampar, dengan tujuan agar program pembangunan berjalan.
Beliau mempuyai janji ingin memajukan Kampar dari ketertinggalan. Untuk itulah dirinya tidak mempedulikan sakit yang menggerogiti tubuhnya. “Kalau belum melihat Kampar maju saya belum puas,” kata bapak.
Saat ajal menjemput beliau Kamis 27 Desember 2018, kalimat Lailahaillallah muhammadarrasulullah, keluar dari mulutnya. Saat itu semua keluarga ada didekatnya dan membimbingnya. Tapi hanya satu pesan beliau agar mengutamakan kepentingan masyarakat dan buatlah Kabupaten Kampar semakin maju. Itulah pesannya.
Yuyun Hidayat, Putra Azis Zaenal: Sudah Tunaikan Janji Orangtua
Yuyun Hidayat, anak dari Aziz Zainal mengatakan, ayahnya sudah menjalankan pesan dari neneknya (orangtua dari H. Aziz Zaenal).
“Dulu nenek saya berpesan Abah (panggilan sehari-hari anak-anak H.Aziz Zainal), kalau mau menjadi pemimpin itu, modal kita sendiri saja. Sehingga kalaupun kalah kita tidak berhutang kepada orang,” ujarnya anak ke 3 dari 4 bersaudara.
“Jadi saat Abah maju jadi Bupati Kampar, menggunakan modal uang yang dia dapatkan selaku pengusaha selama ini.”
“Ya, banyak juga orang datang untuk memberikan modal bantuan untuk Pilkada Kampar ini. Namun semua itu ditolak, jika ada embel-embel lain di belakangnya,” ujarnya.
“Jadi kalaupun kalah dan menang tidak ada beban. Sebab yang keluar selama ini uangnya sendiri,” tuturnya.
Neneknya juga pernah berpesan agar Abahnya harus bisa menjadi kepala daerah. Karena itu salah satu cara untuk membantu masyarakat Kampar dari ketepurukan.
“Dengan menjadi Kepala Daerah, kita bisa membantu masyarakat. Sebab mempunyai kebijakan yang sangat strategis asal tidak melanggar hukum,” ungkapnya.
Menurutnya, mengenai tujuan orangtuanya maju, kita bisa lihat sendiri keadaan Kabupaten Kampar, suatu daerah yang kaya dengan hasil alam dan wisatanya. Namun sama sekali tidak bisa dimanfaatkan dan juga tidak berkembang dibanding Kabupaten yang lain.
“Untuk itu orangtuanya ingin membangun Kabupaten Kampar tempat tanah kelahirannya agar masyarakatnya bisa merasakan manfaatnya apa yang dimiliki oleh daerahnya.***
(Sumber : koranmx.com)